Untuk urusan memilih jodoh, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam memberi panduan kriteria, yakni: mempertimbangkan hartanya,
keturunan, paras, atau agama. Kemudian, Rasul menekankan agar mengutamakan agamanya. (lih. HR. Bukhari Muslim)
.
Alhamdulillah, hari ini kesadaran untuk memilih menantu yang baik agamanya semakin tinggi. Ini bagian dari indikasi makin membaiknya semangat beragama masyarakat kita. Namun demikian, berkenaan dengan memilih jodoh, maka ada sisi teknis di balik redaksi hadits di atas yang sebaiknya kita perhatikan.
.
Perlu kita ingat baik-baik. Rasul meminta kita memilih calon yang baik agamanya. Bukan sebatas kata, klaim, atau penampilannya. Indikator baiknya agama si calon mesti dibuktikan secara nyata. Sebab, kualitas amanah kata-kata orang akhir zaman dibanding para salaf (pendahulu umat ini) berbeda. Apalagi, di zaman internet ini, berton-ton kata indah bisa dicopas dan dihafal dengan mudah.
.
Kewaspadaan mesti dijaga bukan hanya di tempat gelap dan berbahaya. Tapi di tempat yang terang dan mulia juga. Sebab, untuk memuluskan niat buruknya, banyak penjahat sengaja menyusup ke tengah orang-orang baik dan mencitrakan diri sebagai orang mulia, bahkan seakan-akan ulama.
.
Ingat, profil diri bisa direka-reka. Penampilan bisa didesain sedemikian rupa. Apalagi pencitraan di sosial media. Semoga kesadaran ini dapat menjadi nasihat bagi kita, para orang tua, juga para bujang hijrah yang kian tak tertahankan hasratnya, agar tidak tergesa-gesa meng-iya-kan lamaran begitu saja. Semoga Allah menjaga khususnya putri kita dari muslihat busuk para durjana.
Comments
Post a Comment